Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Blogroll

About

Senin, 11 November 2013

ESAI PRF UI 2013: MEMANDANG KEMBALI ENERGI MATAHARI SEBAGAI SUMBER ENERGI UTAMA DUNIA

Energi matahari ada di tangan kita
Energi merupakan salah satu tantangan terbesar umat manusia di abad 21 ini. Menipisnya persediaan cadangan energi konvensional dunia membuat manusia berupaya mencari sumber-sumber energi baru dan terbarukan. Berbagai bahan dan materi yang tersedia di alam diteliti, mana yang memungkinkan untuk dijadikan sumber energi baru yang efisien, murah dan aman serta ramah lingkungan. Diantara berbagai sumber energi itu, energi matahari merupakan alternatif paling potensial yang bersifat berkelanjutan serta tidak akan pernah habis hingga hari kiamat tiba. Mengapa demikian? Mari kita lihat.

Rabu, 09 Oktober 2013

Fisika Panggilan Jiwa

Fisika mungkin sulit, tapi fisika itu indah
Saya mulai menyukai fisika semenjak SMP, tapi saya menyukai sains sejak saya SD bahkan mungkin sejak kanak-kanak. Saya tumbuh sebagai anak yang “nakal” karena selain saya cengeng saya juga punya rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah membuat sangat sering bertanya “kenapa?” pada orangtua saya. Suatu hari ketika di Bis dalam perjalanan ke kota saya memandang keluar jendela, memandang rentetan tiang-tiang listrik yang berdiri kokoh sepanjang perjalanan. Kemudian saya bertanya, “Ma, kenapa kok tiang listrik kabelnya ada tiga?” pertanyaan sederhana tapi cukup membuat orangtua saya pusing menjawabnya, sampai-sampai orang tua saya pernah melarang untuk terus menerus bertanya “kenapa?”. Sebenarnya ini kekeliruan yang banyak di lakukan orang tua pada umumnya.

Selain sibuk mencecar orang tua dengan pertanyaan “kenapa?” saya juga sering sekali merusak mainan saya sendiri. Mainan baru saya mungkin tidak sampai seminggu hingga jadi tidak utuh, entah apanya pasti ada yang hilang. Semua itu saya lakukan hanya karena saya ingin tahu saya bagaimana cara kerjanya. Saya dapat mainan baru, terus saya mainkan sampai puas. Setelah bosan saya bongkar mainannya, dan setelah itu saya susun kembali seperti baru. Ada beberapa yang berhasil jadi baik, tapi tidak sedikit yang gagal. Dan ketika gagal menyusunnya saya akan emosi sambil teriak-teriak “Bagaimana ini? Bagaimana ini? Bodoh mainan ini? Bodoh ini?”. Dan pada akhirnya mainan malang itu saya banting dan jadilah barang rongsokan.

Selasa, 08 Oktober 2013

Dari Sebuah Pin lahirlah anakUntad.com


Bulan Juli 2013, saya dan teman saya Ardiyansah yang kini sedang menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Fisika memutar otak untuk mencari dana buat kegiatan Pekan Raya Fisika HIMAFI yang akan dilaksanakan pada Oktober 2013 mendatang. Ardi, sama seperti saya tidak ikut KKN pada semester senggang tersebut padahal banyak teman-teman satu angkatan yang sedang turun KKN. Dalam ruang sekretariat HIMAFI tersebut kami mencari ide bagaimana caranya memenuhi pendanaan kegaiatan PRF 2013 yang tidak sedikit itu. Akhirnya tercetuslah ide, membuat dan menjual pin.
Dengan sedikit melihat peluang pasar kami memutuskan untuk menjual pin tentang Untad. Kalo membuat pin tentang PRF saja atau Fisika saja, tentu yang membeli hanya anak-anak fisika saja bukan? Tapi kalo Untad yang beli pasti jadi lebih banyak. Tapi sebenarnya alasannya bukan hanya itu. Pertama karena saat itu saya dapat oleh-oleh berupa pin ITB dari Ririn Nirmalasari, mahasiswa matematika yang beberapa hari sebelumnya mengikuti Indonesian Student Conference of Scince and Mathematic 2013 di ITB. Kedua, saya sedikit malu dan kecewa karena saya punya koleksi pin dari kampus-kampus lain, tapi kampus sendiri justru tidak punya. Yang menjadi masalah adalah kurangnya kreatifitas mahasiswa atau Koperasi Mahasiswa Untad itu sendiri untuk membuat sorvenir seperti ini. karena itu kami membuat pin, “Gue Anak Untad Coy”, “Bangga jadi mahasiswa Untad”, dll.

Kamis, 26 September 2013

Belajar Menjadi Guru Dalam OSN 2013 (2)

Senin, 2 September 2013, Kak Tri guru fisika, Kak Dian, guru matematika, Irwan, guru kimia, Susi, guru biologi dan saya (sebut saja guru astronomi :D) akhirnya berangkat menuju Bandung. Perjalanan kali ini terasa cukup berkesan karena untuk pertama kalinya merasakan kenyamanan terbang bersama Garuda Indonesia. Tidak heran bagaimana maskapai penerbangan nasional ini bisa meraih the best international airlines beberapa waktu kemarin. Oh iya, kalau ada yang kebingungan membaca coretan kali ini mungkin bisa membaca pengantarnya di sini :)

Pukul 11.00 WITA pesawat kami terbang menuju bandara Hasanudin untuk transit sebelum menuju Soeta. Biasanya butuh waktu 45 menit untuk sampai bila dihitung dari Mutiara. Baiklah, sambil menunggu waktu 45 menit ini saya akan mendeskripsikan rombongan kami. Diantara semua orang dalam romobongan, sayalah yang paling muda. Kak Tri misalnya, dia senior saya alumni Fisika angkatan 2003. Kak Dian (saya mengetahuinya setelah tiba di Bandung) merupakan alumni Pendidikan Matematika FKIP angkatan 2006. Susi, juga alumni Pendidikan Biologi FKIP angkatan 2008. dan Irwan, sama seperti saya masih seorang mahasiswa namun dia angkatan 2008 pada program studi pendidikan Kimia FKIP. Maka jadilah saya yang termuda karena saya mahasiswa angkatan 2010.

Kamis, 19 September 2013

Belajar Menjadi Guru dalam OSN 2013 (1)

Saya sering membaca cerita-cerita inspiratif tentang ide, pemikiran dan pengalaman orang lain yang mereka tuangkan dalam blog pribadinya masing-masing. Diantaranya, beberapa blog pribadi  milik teman-teman kampus sendiri, teman-teman mahasiswa di luar Sulawesi dan tidak sedikit milik orang lain yang bahkan tidak dikenal. Hingga akhirnya saya membaca Manufacturing Hope, sebuah blog pribadi milik menteri BUMN, Dahlan Iskan. Entah karena dorongan apa saya jadi terinspirasi untuk menuliskan ide, pemikiran dan pengalaman saya dalam sebuah blog pribadi ini sama seperti beliau. Padahal keinginan ini sebenarnya sudah tertanam sejak lama, namun rasa malas untuk menulis ternyata begitu besar. Sejak posting tulisan perdana beberapa bulan lalu, baru hari ini rasanya ada keinginan kuat untuk konsisten menulis kembali. Mungkin, saya harus berterima kasih kepada pak Dahlan jika saya berkesempatan bertemu dengannya esok hari?

Baiklah, sebenarnya saya agak kebingunan menulis topik apa hari ini. Hm mungkin akan saya ceritakan pengalaman saya baru-baru ini ketika mengikuti pelatihan guru pembimbing Olimpiade mata pelajaran di Bandung beberapa waktu yang lalu saja ya.
Kisahnya dimulai pada tanggal 30 September 2013, waktu itu saya mengikuti Seminar Internasional yang diadakan oleh International Office Untad. Sore hari sekitar jam 4 saya mendapat telpon dari Kak Tri. Kak Tri ini sebenarnya senior saya, Fisika MIPA angkatan 2003 yang telah diangkat menjadi guru honor di SMA Al-Azhar, bukan sekolah negeri melainkan sekolah swasta milik sebuah Yayasan Al-Azhar Palu.

Selasa, 11 Juni 2013

Jika Saya Meraih.. Nobel!



Hai kawan, apa yang kamu bayangkan ketika kamu meraih hadiah nobel? Nobel merupakan apresiasi tertinggi yang diberikan kalangan akademisi kepada seorang ilmuwan besar. Yah, nobel hanya diperuntukan bagi seorang ilmuwan besar, yang karyanya mampu memberikan manfaat yang sangat besar pada dunia. So, untuk memperoleh hadiah nobel kamu harus berkarya.

Jika saya meraih nobel? Itu memang impian saya. Impian itu pula yang melahirkan blog yang sedang anda baca ini. Akan tetapi, sejujurnya bukan hadiahnya yang sebenarnya saya harapkan, melainkan manfaat yang dapat saya berikan kepada dunia dan umat manusia. Blog ini akan menjadi catatan sejarah perjalanan saya meraih cita menjadi seorang fisikawan peraih nobel dari Indonesia. Aamiin.

Hello World

Halo, selamat datang di blog saya satrioamrullah.blogspot.com

Berawal dari sebuah pepatah “jika ingin mengenal dunia maka membacalah dan jika ingin dikenal dunia maka menulislah!’

Inspirasi ini melahirkan tekad kuat tuk mulai mencoba dan belajar menulis. Menulis apa saja yang mungkin tersirat dalam benak. Jika dipikir-pikir banyak hal yang sesungguhnya kita renungkan, kita diskusikan, kita utarakan hanya pada diri kita sendiri. 70% dari tiap hari kita hanya berbicara pada diri sendiri. kalian tahu, Tentang mimpi, tentang harapan, tentang hidup, tentang keluarga, tentang lingkungan, tentang semuanya… mengapa tak coba kita bagi bersama orang lain? bukankah semuanya terasa lebih indah jika berbagi bersama?

Saya teringat masa putih-biru saya. Kala itu seorang guru bahasa Indonesia menugaskan kepada kami sekelas untuk membeli buku diary dan menyuruh kami menuliskan semua kejadian yang berkesan setiap harinya. Saya merenung sejenak, “Untuk apa saya menulis di buku diary? kalo cewek mungkin saja, nah saya ini cowok. bagaimana mungkin cowok (cool) macam saya ini menulis curhatnya di diary? apa kata dunia?” demikianlah pikiran cetek saya kala itu. ‘anehnya lagi, diary cuma kita sendiri yang baca, lalu untuk apa kita capek-capek menulisnya?’ demikianlah pertanyaan itu muncul beruntun seolah mencari pembenaran.