Energi matahari ada di tangan kita |
Epik kehidupan manusia tidak terlepas dari sejarah 4,6 milyar tahun yang lalu ketika kumpulan gas dan debu antar bintang yang disebut nebula tertarik oleh gaya gravitasi yang dimilikinya, menyusut dan berotasi, memicu reaksi fusi nuklir di intinya, memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang kita sebut Matahari. Massanya yang besar menyebabkan kesinambungan reaksi fusi nuklir dalam intinya dan menyemburkan sejumlah energi yang sangat dahsyat keseluruh penjuru alam semesta dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Tak ketinggalan Bumi, sebuah planet berjarak 150 juta km dari matahari, menyerap energi radiasi yang diterimanya untuk keberlangsungan kehidupan di dalamnya.
Pada keadaan cuaca cerah, permukaan Bumi menerima energi sekitar 1000 watt permeter persegi. Kurang dari 30 % energi tersebut dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23 % digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan Bumi, sekitar 0,25 % ditampung angin, gelombang dan arus dan 0,025 % sisanya disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan, proses pembentukan batu bara, minyak bumi, dan bahan bakar fosil lainnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber dari segala sumber energi di Bumi adalah energi matahari.
Energi matahari ini kemudian dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan memanfaatkan panas radiasi untuk menjemur pakaian dan hasil pertanian. Sedang secara tidak langsung misalnya pemanfaatan energi angin untuk keperluan pelayaran dan perubahan musim untuk bercocok tanam. Dalam lingkup yang lebih luas energi matahari dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara yang berlainan, misal; bahan bakar minyak adalah hasil fotosintesis, tenaga hidroelektrik adalah hasil sirkulasi hujan, tenaga angin adalah hasil perbedaan suhu antar daerah dan sel surya adalah sumber energi listrik alternatif yang sangat menjanjikan masa depan yang cerah.
Hari ini, isu kelangkaan energi konvensional menjadi tantangan terbesar umat manusia. Sudah selayaknya kita melihat kembali energi matahari sebagai sumber energi yang paling potensial. Hal ini dikarenakan jumlah energi matahari yang sampai ke bumi sangatlah besar, sekitar 700 Megawatt setiap menitnya. Bila dikalkulasikan, jumlah ini 10.000 kali lebih besar dari total konsumsi energi dunia.
Eropa kini telah mencanangkan pengunaan energi terbarukan sekitar 25% dari seluruh kebutuhan energinya pada tahun 2025. Sedangkan Jerman dan Amerika menjalankan program 1 juta roof (instalasi sel surya di atap rumah). Jepang bahkan telah mengambil pajak keuntungan sejak tahun 2003 dari setiap penggunaan sel surya oleh masyarakatnya. China, India, Thailand, Philipina dan Malaysia telah memiliki manufaktur sel surya yang tengah memproduksi rata-rata 20-50 MW sel surya pertahunnya, Dan juga Indonesia, yang telah mencanangkan pada tahun 2025 energi terbarukan akan berkontribusi sekitar 4% terhadap total konsumsi energi nasional dimana 0,02% nya berasal dari energi matahari.
Pada akhirnya energi matahari akan mengambil peran yang sangat penting dalam pecaturan energi dunia di masa yang akan datang. Namun apakah sumber energi ini tidak akan habis kembali? Tenang. Sebab Matahari masih akan bersinar 5 milyar tahun lagi. :D
Referensi:
Manan, Saiful, Energi Matahari, Sumber Energi Alternatif yang Efisien, Handal dan Ramah Lingkungan di Indonesia, Universitas Diponegoro
S. Wilman, F. Dimas, dan A. Mega, 2007, Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan Organik-Inorganik (Dye-sensitized Solar Cell), Laporan Penelitian Bidang Energi, Institut Teknologi Bandung
------
Esai ini di ikutsertakan dalam kompetisi esai Pesta Rakyat Fisika UI 2013. Sayang belum menang. haha :D
Kok gak menang sih? Ah payah nih..
BalasHapusPadahal kece banget tulisannya ^^
Eh emang iya Gi? :D
BalasHapuskemarin kamu ikutan juga ga?